Teks Eksplanasi

Menentukan Ciri-ciri Teks Eksplanasi

Perhatikan Contoh Teks Eksplanasi di Bawah ini!

Awal pemerintahan Kabupaten Bandung dimulai sejak Piagam Sultan Agung Mataram pada tanggal 20 April 1641. Tanggal tersebut kemudian ditetapkan sebagai hari jadi Kabupaten Bandung.

Sebelum mencapai bentuk pemerintahan sekarang, Kabupaten Bandung mengalami perkembangan kekuasaan dari zaman ke zaman. Pada masa Kerajaan Pajajaran berkuasa, sekitar akhir abad ke-15 dan awal abad ke-16, di tatar Periangan belum ada bentuk kabupaten, hanya terdiri atas beberapa keprabuan. Istilah keprabuan diambil dari kata prabu yang berarti ‘leluhur’ atau ‘raja muda’.

Pada tahun 1575 yang berkuasa di daerah Pajajaran adalah pemerintahan Islam. Dilanjutkan pemerintahan Mataram (1621–1677) dan pemerintahan Belanda. Saat Mataram berkuasa itulah, nama keprabuan diubah menjadi kabupaten. 

Berdasarkan piagam itu, Sultan Agung diangkat Tumenggung Wiraangunangun sebagai Bupati Bandung. Ketika itu, pemerintahan Kabupaten Bandung berpusat di daerah Krapyak atau Bojongasih. Tepatnya di tepi Sungai Cikapundung, dekat muaranya yaitu Sungai Citarum. Nama Krapyak kemudian berganti menjadi Citeureup. Nama itu hingga kini tetap abadi menjadi salah satu nama desa di Dayeuhkolot.

 Pada masa Bupati Wiranatakusumah II (1794-1829) Ibu Kota Kabupaten Bandung dipindahkan dari Krapyak (Dayeuhkolot) ke pinggir Sungai Cikapundung atau Alun-alun Bandung sekarang. Pemindahan tersebut berdasarkan perintah Gubernur Jenderal Hindia Belanda,”Deandels”. Peristiwa itu terjadi pada 25 Mei 1810. Alasan pemindahan tersebut akan memberikan prospek baik terhadap perkembangan wilayah itu. Pada saat itu Deandels yang mendapat julukan "Mas Galak" tengah membuat jalan dari Anyer ke Panarukan. Kebetulan jalur tersebut melewati tatar Priangan atau Kota Bandung pada saat sekarang ini. (dokumentasi penulis).

Tampak jelas bahwa teks tersebut menjelaskan sejarah perkembangan Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Teks tersebut menjelaskan peristiwa demi peristiwa yang terjadi selama perkembangan Kabupaten Bandung, mulai dari berdirinya sampai pada periode-periode berikutnya. Teks dengan ciri tersebut dapat disebut eksplanasi, yakni teks yang menjelaskan hubungan peristiwa atau proses terjadinya sesuatu. Dalam contoh di atas, peristiwa yang dijelaskan adalah sejarah perkembangan sebuah kabupaten.

Selain proses perkembangan suatu tempat, teks eksplanasi dapat kamu temukan pada bacaan-bacaan lain yang menjelaskan proses terjadinya fenomena alam, sosial, atau budaya. Mungkin juga pada proses yang berkenaan dengan tubuh manusia.

Adapun kalimat-kalimat yang mengisi setiap paragrafnya berupa fakta. Fakta itu dirangkaikan dengan pola kronologis (urutan waktu) ataupun secara kausalitas (sebab akibat).

Meringkas Teks Eksplanasi

Menentukan Gagasan Umum Teks Eksplanasi

Untuk meringkas teks eksplanasi kita perlu mengawalinya dengan memahami gagasan pokok (ide pokok) dari paragraf-paragrafnya. Berdasarkan gagasan umum itulah, kamu akan memadukannya menjadi teks baru yang lebih ringkas.

Perhatikanlah contoh-contoh berikut! 

  • Sejak masa dahulu, para ahli bintang (astronom) mempelajari bintangbintang di langit malam. Kemudian, mereka berhasil melihatnya melalui teleskop. Sekarang kita dapat mempelajari angkasa luar dari dekat. Dengan pesawat satelit dan kendaraan antariksa yang melakukan perjalanan ke planet-planet, para astronom menemukan berbagai bukti yang luar biasa dari rahasia angkasa luar

Langkah-Langkah Meringkas Teks Eksplanasi

Ringkasan disusun berdasarkan bagian-bagian penting yang ada di dalam teks. Gagasan penting itu biasanya berupa gagasan pokok, yang letaknya bisa di bagian awal ataupun pada bagian akhir paragraf. Gagasan pokok yang ada pada teks itu, lalu kita catat. Hasilnya kamu padukan dan diceritakan kembali dengan menggunakan kata-kata sendiri.

Menelaah Isi, Struktur, dan Kaidah Teks Eksplanasi

Dalam pemaparannya, teks eksplanasi dapat berisi jawaban dari pertanyaan mengapa atau bagaimana.

  1. Teks eksplanasi sebagai jawaban atas pertanyaan mengapa, uraiannya akan bersifat kausalitas.
  2. Teks eksplanasi sebagai jawaban atas pertanyaan bagaimana, uraiannya akan bersifat kronologis.
Perhatikan cuplikan teks berikut!

Pembentukan dan pengawetan suatu fosil mensyaratkan bahwa beberapa struktur terbenam dalam keadaan yang akan dapat memperlambat pembusukan. Fosil yang ditemukan biasanya tidak selalu utuh. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti aktivitas organisme pengurai, aktivitas geologis kulit bumi, pelapukan oleh cuaca dan air, dan dimakan oleh organisme lain. Fosil yang utuh dan lengkap biasanya terawetkan dalam salju atau karena termineralisasi. Fosil yang berupa jejak dapat merupakan tapak kaki, tangan, dan daun tumbuhan.

Cuplikan tersebut menjelaskan proses pembentukan dan pengawetan fosil. Berdasarkan pengembangannya, teks tersebut disusun dengan pola kausalitas. Hubungan antarkalimatnya menyatakan pola hubungan sebab akibat. Dengan demikian, cuplikan tersebut merupakan jawaban atas pertanyaan "Mengapa fosil itu bisa terawetkan?".

Struktur Teks Eksplanasi

Teks eksplanasi dibentuk oleh bagian-bagian tertentu. Perhatikan kembali contoh teks tentang sejarah Kabupaten Bandung di depan. Struktur tersebut diawali dengan pengenalan fenomena, rangkaian peristiwa, hingga ulasan. Berikut penjelasannya.

  1. Identifikasi fenomena, mengidentifikasi sesuatu yang akan diterangkan. Hal itu bisa terkait dengan fenomena alam, sosial, budaya, dan fenomenafenomena lain. Contoh: Awal pemerintahan Kabupaten Bandung, dimulai sejak Piagam Sultan Agung Mataram pada tanggal 20 April 1641. Tanggal tersebut ditetapkan sebagai hari jadi Kabupaten Bandung.
  2. Penggambaran rangkaian kejadian, sebagai perincian atas kejadian yang relevan dengan identifikasi fenomena. Bagian ini dapat disusun dengan pola kausalitas ataupun kronologis. Contoh: Pada tahun 1575 yang berkuasa di daerah ini adalah pemerintahan Islam. Dilanjutkan pemerintahan Mataram (1621–1677) dan pemerintahan Belanda. Pada saat Mataram berkuasa itulah, nama keprabuan diubah menjadi kabupaten. (kronologis).
  3. Ulasan, berupa komentar atau penilaian tentang konsekuensi atas kejadian yang dipaparkan sebelumnya. Contoh: Dengan demikian tropisme sesungguhnya merupakan gerak dari bagian tumbuhan yang disebabkan adanya rangsangan. Hal itu ternyata berbeda dengan gerak pasti, arah gerak tropisme bergantung pada arah datangnya rangsangan.
Kaidah Kebahasaan Teks Eksplanasi

  1. Menggunakan konjungsi kausalitas, antara lain, sebab, karena, oleh sebab itu, oleh karena itu, sehingga.
  2. Menggunakan konjungsi kronologis (hubungan waktu), seperti kemudian, lalu, setelah itu, pada akhirnya.
  3. Menggunakan kata benda yang merujuk pada jenis fenomena, bukannya pada kata ganti penceritanya. Kata ganti yang dimaksud, misalnya, Kabupaten Bandung, burung, gerhana, kesenian daerah, perkembangan budaya Papua.
  4. Di dalam teks itu pun sering dijumpai kata teknis atau peristilahan, sesuai dengan topik yang dibahasnya.
Pola-Pola Pengembangan Teks Eksplanasi 

Teks eksplanasi dapat disusun dengan berbagai pola, yaitu dengan pola kronologis dan kausalitas. Kedua pola itu dapat pula divariasikan penyusunannya. Kedua pola itu bisa saling melengkapi. Di samping itu, mungkin pula hal itu terselingi dengan pola-pola lainnya, seperti pola definisi, ilustrasi, dan umumkhusus.

Langkah-Langkah Menulis Teks Eksplanasi

  1. Menentukan topik atau suatu kejadian yang menarik, dikuasai, dan aktual.
  2. Menyusun kerangka teks, yakni dengan mengembangkan topik utama ke dalam rincian-rincian topik yang lebih spesifik. Topik-topik itu dapat disusun dengan urutan kronologis atau kausalitas.
  3. Mengumpulkan bahan, berupa fakta atau pendapat para ahli terkait dengan kejadian yang dituliskan dari berbagai sumber, misalnya melalui observasi lapangan ataupun dengan studi literatur.
  4. Mengembangkan kerangka yang telah disusun menjadi teks eksplanasi yang lengkap dan utuh dengan memperhatikan struktur bakunya: identifikasi fenomena/kejadian, proses kejadian, dan ulasan. Perhatikan pula kaidah-kaidah kebahasaan yang berlaku pada teks ekspalansi. 

Menyimpulkan Puisi

 1. Menulis Puisi

Kamu telah mendengarkan dan membaca banyak puisi. Tentu kamu juga tertarik untuk belajar menulis puisi, bukan? Menulis puisi haruslah berawal dari sebuah gagasan atau perasaan. Untuk memunculkan gagasan itu, kamu dapat mencari-carinya dari perjalanan hidupmu ataupun sesuatu yang tengah terasa atau terpikirkan. Gagasan tersebut dapat kamu ekspresikan dengan kata-kata terpilih: yang indah dan penuh makna.

Tentukanlah gagasan paling menarik yang bisa ditulis jadi puisi. Galilah gagasan-gagasan itu. Tuliskan gagasan-gagasan tersebut ke dalam larik-larik dengan menggunakan kata-kata yang tepat dan padat. Perluas pembendaharaan kosakatamu sehingga bisa menciptakan puisi dengan bahasa indah, jelas, dan padat makna. Bacalah buku, e-book, internet, atau sumber-sumber lainnya. Bukubuku tersebut bisa menjadi inspirasimu.

Kosakata tersebut tentu mengandung mengandung makna yang tidak sebenarnya (makna konotasi). Kosakata dalam puisi berbeda dengan kata-kata yang sering digunakan dalam percakapan sehari-hari. Kata-kata dalam puisi singkat, tetapi kaya makna. Struktur katanya pun sering kali mengabaikan kaidahkaidah kebahasaan seperti yang berlaku pada jenis teks lainnya.

Perhatikan Puisi Berikut!

Asaku 
Berlari 
Ku tembus duri 
Bersama ceritaku yang tak bertajuk 
Kemarin…. 
Kugapai kau 
Dalam redup senja 
Bersama resahku yang tak berarah Kini… 
Ku peluk kau 
Dalam rangkaian matahari, bintang, dan bulanku 
Bersama nyanyian rinduku 
Esok Ku sematkan kau 
Dalam degup jantungku… 
Dalam denyut nadiku… lalu… 
Ku ajak kau terbang 
Menuju indah dunia kita 
Selamanya…

Puisi itu berisi luapan resah yang tak berarah. Ungkapan perasaan yang sering dialami para remaja. Ungkapan bahasa romantis dan berlebih-lebihan. Kata-katanya menggambarkan suasana hati dan keadaan jiwa yang penuh gairah dan semangat yang membumbung. Namun, kadang perasaan dipenuhi pula oleh isak tangis dan rintihan yang bersifat sentimental. Puisi itu mengungkapkan nilai-nilai cinta, kasih sayang, dan keindahan dunia yang penuh pesona.

Ada pula kepolosan dan kesederhanaan di dalamnya. Di dalamnya bercerita tentang harapan-harapan besar. Segalanya serbaindah. Namun, apabila tidak menjadi kenyataan, harapan-harapan itu berubah menjadi keputusasaan dan ratapan.

Pilihlah kata-kata yang memiliki makna kias atau konotatif yang bisa menjadi simbol atau lambang dari hal-hal yang diceritakan dalam puisi tersebut. Tak masalah apabila sering mengganti kata-kata dalam puisimu. Hal itu biasa dalam menulis puisi. Hal tersebut merupakan tahap yang harus dilalui dan kamu tidak boleh menyerah apalagi putus asa.

Berlatihlah terus-menerus untuk menulis puisi yang baik. Perbanyak membaca puisi di majalah, koran, atau buku puisi dengan maksud menambah wawasanmu dalam berpuisi.

2. Pembacaan Puisi yang Baik

a. Puisi Naratif 

Puisi naratif mengungkapkan cerita atau penjelasan penyair. Puisi ini terbagi ke dalam beberapa macam, yaitu balada dan romansa.

Balada adalah puisi yang berisi cerita tentang orang-orang perkasa ataupun tokoh pujaan. Contohnya Balada Orang-orang Tercinta dan Blues untuk Bonnie karya WS Rendra.

Romansa adalah jenis puisi cerita yang menggunakan bahasa romantik yang berisi kisah percintaan, yang diselingi perkelahian dan petualangan. Rendra juga banyak menulis romansa. Kirdjomuljo menulis romansa yang berisi kisah petualangan dengan judul ”Romance Perjalanan”. Kisah cinta ini dapat juga berarti cinta tanah kelahiran seperti puisi-puisi Ramadhan K.H.

b. Puisi Lirik

Jenis puisi ini terbagi ke dalam beberapa macam, misalnya elegi, ode, dan serenada.

Elegi adalah puisi yang mengungkapkan perasaan duka. Misalnya "Elegi Jakarta" karya Asrul Sani yang mengungkapkan perasaan duka penyair di Kota Jakarta.

Serenada ialah sajak percintaan yang dapat dinyanyikan. Kata "serenada" berarti nyanyian yang tepat dinyanyikan pada waktu senja. Rendra banyak menciptakan serenada dalam Empat Kumpulan Sajak. Misalnya "Serenada Hitam", "Serenada Biru", "Serenada Merah Jambu", "Serenada Ungu", "Serenada Kelabu", dan sebagainya. Warna-warna di belakang serenade itu melambangkan sifat nyanyian cinta itu, ada yang bahagia, sedih, dan kecewa.

Ode adalah puisi yang berisi pujaan terhadap seseorang, sesuatu hal, atau sesuatu keadaan. Yang banyak ditulis ialah pemujaan terhadap tokoh-tokoh yang dikagumi. "Teratai" (karya Sanusi Pane), "Diponegoro" (karya Chairil Anwar), dan "Ode buat Proklamator" (karya Leon Agusta) merupakan contoh ode yang bagus.

c. Puisi Deskriptif

Dalam jenis puisi ini, penyair bertindak sebagai pemberi kesan terhadap keadaan/peristiwa, benda, atau suasana yang dipandang menarik perhatiannya. Puisi yang termasuk ke dalam jenis puisi deskriptif, misaInya satire dan puisi yang bersifat kritik sosial.

  1. Satire adalah puisi yang mengungkapkan perasaan tidak puas penyair terhadap suatu keadaan, namun dengan cara menyindir atau menyatakan keadaan sebaliknya. 
  2. Puisi kritik sosial adalah puisi yang juga menyatakan ketidaksenangan penyair terhadap keadaan atau terhadap diri seseorang, namun dengan cara membeberkan kepincangan atau ketidakberesan keadaan/ orang tersebut. Kesan penyair juga dapat kita hayati dalam puisi-puisi impresionistik yang mengungkapkan kesan (impresi) penyair terhadap suatu hal.

Memilah Unsur-unsur Pembangun Puisi

Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mampu : Menelaah unsurunsur pembangunan dari puisi yang dibaca atau diperdengarkan.

Unsur-unsur puisi meliputi majas, irama, kata-kata konotasi, dan kata-kata berlambang. Unsur tersebut berfungsi sebagai unsur fisik puisi, yakni unsur yang dapat dikenali langsung oleh pembaca karena sifatnya tersurat. Di samping itu, ada pula unsur batin, yakni unsur yang tersembunyi di balik unsur-unsur fisik. Untuk menemukannya, kamu harus memahami puisi itu dengan baik. Dengan cara demikian, akan tersingkap unsur batin, yang di dalamnya meliputi tema, amanat, perasaan penyair, dan nada atau sikap penyair terhadap pembaca.

Tema adalah pokok persoalan yang akan diungkapkan oleh penyair. Pokok persoalan atau pokok pikiran itu kuat mendesak dalam jiwa penyair sehingga menjadi landasan utama dalam puisinya. Jika desakan yang kuat itu berupa hubungan penyair dengan Tuhan, maka puisinya tersebut bertema ketuhanan. Jika desakan yang kuat itu berupa rasa belas kasih atau kemanusiaan, puisi yang akan terlahir adalah puisi bertema kemanusiaan. Jika yang kuat adalah dorongan untuk memprotes ketidakadilan, tema puisinya adalah protes atau kritik sosial. Perasaan cinta atau patah hati yang kuat juga dapat melahirkan tema cinta atau tema kedukaan hati karena cinta. Tema tersirat dalam keseluruhan isi puisi. Persoalan-persoalan yang diungkapkannya merupakan penggambaran suasana batin penyair. Tema tersebut bisa pula berupa perasaan penyair terhadap kenyataan sosial budaya sekitarnya. Dalam hal ini puisi berperan sebagai sarana protes atau pun sebagai ungkapan simpati dan keprihatinan penyair terhadap lingkungan dan masyarakatnya.

Perhatikan puisi ”Gadis Peminta-minta” karya Toto S. Bachtiar berikut ini. 

Setiap kita bertemu, gadis kecil berkaleng kecil
Senyummu terlalu kekal untuk kenal duka
Tengadah padaku, pada bulan merah jambu
Tapi kotaku jadi hilang, tanpa jiwa
Ingin aku ikut, gadis kecil berkaleng kecil
Pulang kebawah jembatan yang melulur sosok
Hidup dari kehidupan angan-angan yang gemerlapan
Gembira dari kemayaan riang
Duniamu yang lebih tinggi dari menara katedral
Melintas-lintas di atas air kotor, tapi begitu yang kau hafal
Jiwa begitu murni, terlalu murni
Untuk bias membagi dukaku
Kalau kau mati, gadis kecil berkaleng kecil
Bulan diatas itu, tak ada yang punya
Dan kotaku, ah kotaku
Hidupnya tak punya lagi tanda.
(1955)


Tema kemanusiaan melingkup puisi tersebut. Penyair dalam puisinya bermaksud menunjukkan betapa tingginya martabat manusia dan bermaksud meyakinkan pembacanya bahwa setiap manusia memiliki martabat yang sama. Perbedaan kekayaan, pangkat, dan kedudukan seseorang, tidak boleh menjadi sebab adanya pembedaan perlakuan terhadap seseorang. Seperti dalam puisi tersebut, penyair bersikap membela martabat kemanusiaan gadis peminta-minta yang disebutnya sebagai gadis kecil berkaleng kecil.

Sebagian besar orang boleh menganggap bahwa pengemis kecil yang memintaminta di pinggir jalan sebagai sampah masyarakat, sebagai manusia yang tidak berharga. Akan tetapi, penyair mengatakan dengan tegas bahwa martabat gadis peminta-minta itu sama derajatnya dengan martabat manusia yang lain.

Mengungkapkan Pengalaman dan Gagasan dalam Bentuk Cerita Pendek

Untuk mengungkapkan pengalaman dan gagasan dalam bentuk cerpen, maka seseorang haruslah memiliki kreatifitas dalam mengungkapkan kata-kata dan menyusunnya dalam bentuk cerita yang runtut. Untuk itu, bagi seorang pengarang pemula, perlu memperhatikan hal-hal berikut ini saat mengarang cerpen.

  1. Memilih tema yang menarik, dengan memilih tema yang menarik, maka cerpen yang dihasilkan dapat menjadi cerpen yang menarik pula
  2. Tentukan jenis cerpen dan tingkat bacanya, dengan menentukan jenis cerpen, maka arah penceritaan dalam cerpen tersebut dapat tersusun dengan baik, begitu pula apabila penceritaan dalam cerpen ditujukan untuk kalangan tertentu, maka hasilnya juga akan terarah
  3. Menentukan tokoh-tohoh
  4. Menentukan alur
  5. Menentukan sudut pandang
  6. Memulai dengan membuat kerangka cerita
  7. Mengembangkan kerangka cerita ke dalam cerita yang utuh dan disertai dengan konflik dalam penceritaan

Menyimpulkan Isi Puisi

1. Isi Puisi

Senja di Pelabuhan Kecil 
Buat Sri Ayati

Ini kali tidak ada yang mencari cinta 
di antara gudang, rumah tua, pada cerita 
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut, 
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut. 
gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang 
menyinggung muram, desir hari lari berenang 
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak 
dan kini tanah, air tidur, hilang ombak. 
Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan 
menyisir semenanjung, masih pengap harap 
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan 
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap. 
(Chairil Anwar, 1946)

Dengan mengenali unsur-unsurnya, puisi itu bisa kamu pahami isinya secara mendalam. Pengenalan unsur-unsur fisik, seperti majas, kata-kata konotatif, perlambangan, dan pengimajiannya, memudahkan kamu untuk mengetahui tema dan amanatnya. Kamu juga akan mengetahui perasaan penyair dan sikapnya terhadap pembaca.

Dengan langkah-langkah seperti itu, kamu dapat mendalami isi puisi ”Senja di Pelabuhan Kecil” sebagai berikut. 

Bait I menceritakan cinta yang sudah tidak dapat diperoleh lagi. Penyair melukiskan keadaan batinnya itu melalui kata gudang, rumah tua, cerita tiang dan temali, kapal, dan perahu yang tiada bertaut. Benda-benda itu semua mengungkapkan perasaan sedih dan sepi. Penyair merasa bahwa benda-benda di pelabuhan itu membisu. 

Bait II: menggambarkan perhatian penyair pada suasana pelabuhan dan tidak lagi kepada benda-benda di pelabuhan yang beragam. Di pelabuhan itu turun gerimis yang mempercepat kelam (menambah kesedihan penyair), dan ada kelapak elang yang menyinggung muram (membuat hati penyair lebih muram), dan desir hari lari berenang (kegembiraan telah musnah). Suasana di pantai itu suatu saat membuat hati penyair dipenuhi harapan untuk terhibur (menemu bujuk pangkal akanan), tetapi ternyata suasana pantai itu berubah. Harapan untuk mendapatkan hiburan itu musnah, sebab kini tanah, air tidur, hilang ombak. Bagaimanakah jika laut kehilangan ombak? Seperti halnya manusia yang kehilangan harapan akan kebahagiaan. Bait ini mempertegas suasana kedukaan penyair. 

Bait III: menggambarkan pikiran penyair lebih dipusatkan pada dirinya sendiri dan tidak lagi kepada benda-benda di alam: pantai dan benda-benda sekeliling pantai. Dia merasa aku sendiri. Tidak ada lagi yang diharapkan akan memberikan hiburan dalam kesendirian dan kedukaannya. Dalam kesendirian itu, ia menyisir semenanjung. Semula ia berjalan dengan dipenuhi harapan. Namun, sesampainya di ujung "sekalian selamat jalan". Jadi, setelah penyair mencapai ujung tujuan, ternyata orang yang diharapkan akan menghiburnya itu malah mengucapkan selamat jalan. Penyair merasa bahwa sama sekali tidak ada harapan untuk mencapai tujuannya. Sebab itu dalam kesendirian dan kedukaannya, penyair merasakan dari pantai keempat sedu penghabisan bisa terdekap. Betapa mendalam rasa sedihnya itu, ternyata dari pantai keempat sedusedan tangisnya dapat dirasakan. 

2. Jenis-Jenis Puisi

a. Puisi Naratif 
Puisi naratif mengungkapkan cerita atau penjelasan penyair. Puisi ini terbagi ke dalam beberapa macam, yaitu balada dan romansa.  Balada adalah puisi yang berisi cerita tentang orang-orang perkasa ataupun tokoh pujaan. Contohnya Balada Orang-orang Tercinta dan Blues untuk Bonnie karya WS Rendra.

b. Puisi Lirik 
Jenis puisi ini terbagi ke dalam beberapa macam, misalnya elegi, ode, dan serenada. Elegi adalah puisi yang mengungkapkan perasaan duka. Misalnya "Elegi Jakarta" karya Asrul Sani yang mengungkapkan perasaan duka penyair di Kota Jakarta. Serenada ialah sajak percintaan yang dapat dinyanyikan. Kata "serenada" berarti nyanyian yang tepat dinyanyikan pada waktu senja. Rendra banyak menciptakan serenada dalam Empat Kumpulan Sajak. Misalnya "Serenada Hitam", "Serenada Biru", "Serenada Merah Jambu", "Serenada Ungu", "Serenada Kelabu", dan sebagainya. Warna-warna di belakang serenade itu melambangkan sifat nyanyian cinta itu, ada yang bahagia, sedih, dan kecewa. Ode adalah puisi yang berisi pujaan terhadap seseorang, sesuatu hal, atau sesuatu keadaan. Yang banyak ditulis ialah pemujaan terhadap tokoh-tokoh yang dikagumi. "Teratai" (karya Sanusi Pane), "Diponegoro" (karya Chairil Anwar), dan "Ode buat Proklamator" (karya Leon Agusta) merupakan contoh ode yang bagus

c. Puisi Deskriptif 
Dalam jenis puisi ini, penyair bertindak sebagai pemberi kesan terhadap keadaan/peristiwa, benda, atau suasana yang dipandang menarik perhatiannya. Puisi yang termasuk ke dalam jenis puisi deskriptif, misaInya satire dan puisi yang bersifat kritik sosial. 
1) Satire adalah puisi yang mengungkapkan perasaan tidak puas penyair terhadap suatu keadaan, namun dengan cara menyindir atau menyatakan keadaan sebaliknya.
2) Puisi kritik sosial adalah puisi yang juga menyatakan ketidaksenangan penyair terhadap keadaan atau terhadap diri seseorang, namun dengan cara membeberkan kepincangan atau ketidakberesan keadaan/ orang tersebut. Kesan penyair juga dapat kita hayati dalam puisi-puisi impresionistik yang mengungkapkan kesan (impresi) penyair terhadap suatu hal.

Mengenal Struktur dan Kebahasaan Cerita Pendek


Cerita pendek yang merupakan bagian dari karya sastra, memiliki struktur dan ciri kebahasaan tersendiri. Cerita pendek memiliki struktur antara lain orientasi, rangkaian peristiwa, komplikasi, resolusi. Berikut ini penjelasannya.
  1. Orientasi adalah penentuan peristiwa, penciptaan gambaran visual latar, atmosfer, dan waktu kisah.
  2. Rangkaian peristiwa merupakan bagian struktur cerpen yang berisi tentang bagian-bagian cerita yang saling bertautan.
  3. Komplikasi yakni bagian cerita yang berisi seputar konflik atau masalah yang memengaruhi latar, waktu dan karakter.
  4. Resolusi berisi tentang solusi untuk masalah dalam cerita yang berjalan telah selesai. Dalam resolusi juga tergambar cara pengarang mengakhiri cerita.
Selain mengetahui struktur cerpen, mengetahui kaidah bahasa cerpen juga menjadi hal yang penting agar kita dapat dengan mudah mengidentifikasi cerpen. Untuk lebih jelasnya, berikut ini adalah penjelasan tentang kebahasaan cerpen.
  1. Penceritaan menggunakan sudut pandang tertentu, biasanya pencerita menjadi orang pertama atau ketiga dalam cerita.
  2. Beberapa dialog dimasukkan dalam cerita, menggunakan waktu kini atau lampau.
  3. Banyak menggunakan kata benda khusus.
  4. Menggunakan uraian deskriptif yang rinci.
  5. Banyak menggunakan majas.
  6. Menggunakan pertanyaan retoris untuk melibatkan pembaca. Misalkan: "Pernahkah anda datang ke tempat ini?"

Puisi dan Pengertian Puisi Beserta Unsur-Unsurnya (Indahnya Berpuisi)

 

Selain dalam bentuk prosa (eksposisi), gagasan dapat diungkapkan dalam bentuk puisi. Bahkan, gagasan yang puitis itulah yang sering kamu simak sehari-hari misalnya melalui lagu-lagu. Syair-syair lagu memang banyak yang berupa puisi. Isinya padat makna dan disusun dengan nada-nada yang indah. 
 
Pengertian Puisi
Perhatikan teks berikut!
Hujan Bulan Juni
oleh Sapardi Djoko Damono

tak ada yang lebih tabah
dari hujan bulan Juni
dirahasiakannya rintik rindunya
kepada pohon berbunga itu
tak ada yang lebih bijak
dari hujan bulan Juni
dihapusnya jejak-jejak kakinya
yang ragu-ragu di jalan itu
tak ada yang lebih arif
dari hujan bulan Juni
dibiarkannya yang tak terucapkan
diserap akar pohon bunga itu

Teks tersebut disebut puisi.Puisi yaitu teks atau karangan yang mengungkapkan pikiran dan perasaan dengan mengutamakan keindahan kata-kata. Puisi mengungkapkan berbagai hal. Kerinduan, kegelisahan, atau pengagungan kepada sang Khalik yang kamu ungkapkan dalam bahasa indah. Hanya saja kamu jarang menyadarinya bahwa itu adalah puisi.

Jika hendak mengagungkan keindahan alam, kamu dapat menggunakan pilihan kata yang khas. Kata-kata itu kamu pilih sehingga dapat mewakili dan memancarkan keindahan alam yang kamu kagumi itu.

Perhatikan pula cuplikan teks berikut!
Berdiri aku di tepi pantai
Memandang lepas ke tengah laut
Ombak pulang memecah berderai
Ke ribaan pasir rindu berpaut.

Cuplikan tersebut diambil dari puisi "Laut" karya Amal Hamzah. Jika dibaca, cuplikan puisi itu melukiskan keindahan laut dengan ombaknya yang memecah pantai. Keindahan seperti itu dapat pula kamu rasakan apabila kamu berdiri di tepi pantai. Kamu akan melihat ombak bergulung-gulung memecah tepi pantai, bukan? Pasir-pasir di tepi pantai itu laksana merindukan deburan ombak. Pasir-pasirnya tampak seperti berpegangan untuk kembali ke laut.

Perhatikan contoh lainnya!
Hanyut aku Tuhanku
Dalam lautan kasih-Mu
Tuhan, bawalah aku
Meninggi ke langit ruhani.

Larik-larik itu diambil dari puisi yang berjudul ”Tuhan” karya Bahrum Rangkuti. Puisi tersebut merupakan ekspresi kerinduan dan kegelisahan penyair untuk bertemu dengan sang Khalik. Kerinduan dan kegelisahannya itu diungkapkan kata hanyut, kasih, meninggi, dan langit ruhani. Kata-kata itu menunjukkan dalamnya cinta penyair kepada Tuhan.

Setelah membaca contoh puisi dan analisis puisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa puisi adalah karya sastra yang tercipta dari ungkapan hati seorang penyair.

Unsur-unsur Puisi
Perhatikan kembali teks pusi ”Hujan Bulan Juni”. Sebagaimana teks lainnya, teks memiliki unsur-unsur sebagai berikut.
a. Majas dan Irama
Berbeda dengan teks eksposisi, berita, ataupun teks lain yang telah kamu pelajari puisi merupakan teks yang mengutamakan majas dan mengutamakan irama.
  • Majas (fgurative language) adalah bahasa kias yang dipergunakan untuk menciptakan kesan tertentu bagi penyimak atau pembacanya. Untuk menimbulkan kesan-kesan tersebut, bahasa yang dipergunakan berupa perbandingan, pertentangan, perulangan, dan perumpamaan.
  • Irama (musikalitas) adalah alunan bunyi yang teratur dan berulang-ulang. Irama berfungsi untuk memberi jiwa pada kata-kata dalam sebuah puisi yang pada akhirnya dapat membangkitkan emosi tertentu seperti sedih, kecewa, marah, rindu, dan bahagia.
Perhatikan, misalnya, puisi ”Hujan Bulan Juni”.
  • Terdapat dua majas yang dominan dalam puisi itu.
  1. Majas personifkasi, adalah majas yang membandingkan bendabenda tidak bernyawa seolah-olah memiliki sifat seperti manusia.
  2. Irama (musikalitas) adalah alunan bunyi yang teratur dan berulang-ulang. Irama berfungsi untuk memberi jiwa pada kata-kata dalam sebuah puisi yang pada akhirnya dapat membangkitkan emosi tertentu seperti sedih, kecewa, marah, rindu, dan bahagia.
Perhatikan, misalnya, puisi ”Hujan Bulan Juni”.
  • Terdapat dua majas yang dominan dalam puisi itu.
  1. Majas personifkasi, adalah majas yang membandingkan bendabenda tidak bernyawa seolah-olah memiliki sifat seperti manusia. Dalam puisi itu yang dibandingkan adalah hujan. Hujan memiliki sikap tabah, bijak, dan arif. Sifat-sifat itu biasanya dimiliki oleh manusia.
  2. Majas paralelisme, adalah majas perulangan yang tersusun dalam baris yang berbeda. Kata yang mengalami perulangan dalam puisi itu adalah tak ada yang lebih. Kata-kata itu berulang pada setiap baitnya.
  • Irama puisi itu harus diekspresikan dengan lembut sebagai perwujudan dari rasa kagum dan simpati. Hal itu tampak pada kata-kata pujian yang ditujukan pada ”Hujan Bulan Juni” yang bersikap tabah, bijak, dan arif.
b. Penggunaan Kata-kata Konotasi
Kata konotasi adalah kata yang bermakna tidak sebenarnya. Kata itu telah mengalami penambahan-penambahan, baik itu berdasarkan pengalaman, kesan, maupun imajinasi, dan perasaan penyair. Perhatikan kembali puisi ”Hujan Bulan Juni”. Kata-kata yang bermakna konotasi dalam puisi tersebut sebagai berikut.


c. Kata-kata Berlambang
Lambang atau simbol adalah sesuatu seperti gambar, tanda, ataupun kata yang menyatakan maksud tertentu. Misalnya, rantai dan padi kapas dalam gambar Garuda Pancasila, tunas kelapa sebagai lambang Pramuka. Lambang-lambang itu menyatakan arti tertentu yang bisa dipahami umum. Rantai bermakna perlunya ‘persatuan dan kesatuan bagi seluruh rakyat Indonesia’, padi kapas perlambang ‘kesejahteraan dan kemakmuran’, tunas kelapa berarti ‘anggota Pramuka yang diharapkan menjadi generasi yang serba guna bagi agama, nusa, dan bangsa’.
 

d. Pengimajinasian dalam Puisi
Pengimajinasian adalah kata atau susunan kata yang dapat menimbulkan khayalan atau imajinasi. Dengan daya imajinasi tersebut, pembaca seolah-olah merasa, mendengar, atau melihat sesuatu yang diungkapkan penyair. Dengan kata-kata yang digunakan penyair, pembaca seolah-olah mendengar suara (imajinasi auditif), melihat benda-benda (imajinasi visual), atau meraba dan menyentuh benda-benda (imajinasi taktil). Sebagai contoh, perhatikanlah mantra berikut!
Hai, si gempar alam
Gegap gempita
Jarum besi akan rumahku
Jarum tembaga akan rumahku
Ular bisa akan janggutku
Buaya akan tongkat mulutku
Harimau menderam dipengriku
Gajah mendering bunyi suaraku
Suaraku seperti bunyi halilintar
Bibir terkatup, gigi terkunci
Jikalau bergerak bumi dengan langit
Bergeraklah hati engkau
Hendak marah atau hendak membinasakan aku
(Wilkinson, 1907: 42—43)

Dari kata-kata yang digunakannya tampaklah bahwa mantra itu menggunakan imajinasi auditif dan imajinasi visual. Dengan kata-kata itu kita bisa membayangkan benda-benda yang digambarkan itu.

Belajar Mengenal Unsur-Unsur Cerita Pendek

Cerpen merupakan karya sastra yang menarik karena di dalamnya menyajikan cerita tokoh dengan karakter yang unik. Cerpen juga merupakan karya yang dapat dibaca sekali duduk. Untuk membuat cerpen yang menarik, maka harus memiliki unsur yang lengkap. Unsur pembangun cerpen terbagi atas dua bagian, yakni unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur Intrinsik merupakan unsur yang membangun cerpen tersebut. Sedangkan unsur ekstrinsik adalah unsur yang menjadi pendukung cerpen dari luar cerita. 

Berikut ini adalah unsur-unsur intrinsik cerpen.

1. Tema

Tema dalam cerpen dapat diibaratkan sebagai ruh dari karya tersebut. Tanpa tema, maka cerpen dapat menjadi hambar dan tidak berfokus. Untuk itu, cerpen yang baik harus memiliki tema yang fokus pada apa yang akan diceritakan. Tema sendiri dapat diartikan sebagai pokok pikiran atau dasar cerita. Tema sifatnya umum, artinya tema tersebut dapat menjadi perwakilan inti dari cerpen yang diciptakan. Contoh tema adalah tentang persahabatan, lingkungan hidup, dan lain sebagainya.

2. Tokoh dan Penokohan

Unsur intrinsik dalam cerpen yang berikutnya adalah tokoh dan penokohan. Tokoh dapat diartikan sebagai pemeran/ sosok yang diceritakan dalam suatu cerita. Sedangkan penokohan adalah penentuan watak atau sifat tokoh dalam suatu cerita. Dalam cerpen, tokoh dibagi menjadi beberapa jenis, antara lain sebagai berikut.

  • Tokoh Protagonis, yakni tokoh yang biasanya menjadi pemeran utama dan memiliki sifat yang baik.
  • Tokoh Antagonis, tokoh ini merupakan tokoh yang memiliki watak kebalikan dari tokoh tritagonis, seperti sombong, jahat, iri, dengki, dan lain sebagainya.
  • Tokoh Tritagonis, yakni tokoh yang menjadi penegah antara tokoh protagonis dan tokoh tritagonis. 

3. Sudut Pandang

Sudut pandang merupakan cara pengarang memposisikan diri ketika menciptakan cerpen. Misalnya, dalam suatu cerpen, tokoh utamanya adalah Aku, maka sudut pandang pengarangnya adalah Orang Pertama (Tokoh Utama).

4. Setting (latar)

Setting atau latar dalam cerpen terbagi menjadi tiga, yakni latar tempat, latar waktu, dan latar suasana. Contoh latar tempat: Udin berdiri di depan rumahnya. Contoh latar Waktu: Jemput aku nanti sore. Contoh latar suasana: Dingin semilir angin membuat kulit ini merinding.

5. Gaya Bahasa

Gaya bahasa merupakan ciri khas penulis dalam menyampaikan cerita yang dilihat dari bahasa penyampaian. Gaya bahasa dapat berkaitan dengan penggunaan majas, diksi, dan lain sebagainya.

6. Amanat

Secara mudah, amanat dapat diartikan sebagai pesan yang ingin disampaikan seorang penulis kepada pembaca. Amanat dalam cerpen seringkali disampaikan dengan cara yang tersirat (tersembunyi).

Bagaimana Cara Menyajikan Teks Eksposisi? Simak Ulasan Berikut ini

 


Langkah-Langkah Penyajian
Sebagaimana yang telah dipaparkan terdahulu bahwa teks eksposisi menyajikan sejumlah pendapat (argumen). Teks eksposisi bertujuan untuk meyakinkan orang lain. Di dalamnya tersaji pula fakta untuk lebih meyakinkan kebenaran tentang isi pendapat itu. Dalam sistematika penyajiannya, teks eksposisi diawali dengan penyajian tesis (isu, masalah, ataupun suatu pernyataan yang bersifat umum; kemudian diikuti rangkaian argumentasi atau pendapat beserta sejumlah fakta yang menguatkan; diakhiri dengan penegasan ulang.

Langkah-langkah penyajiannya sebagai berikut.

  • Menentukan isu ataupun masalah yang akan dibahas.
  • Membaca berbagai sumber yang berkaitan dengan isu yang dipilih; melakukan sejumlah pengamatan lapangan.
  • Mendafar topik-topik yang berkaitan dengan isu, berdasarkan hasil-hasil membaca dan langkah-langkah pengamatan. Contoh:
  1. Pentingnya penanganan sampah dalam menghadapi datangnya musim penghujan.
  2. Kesemrawutan kehidupan di suatu kota.
  3. Pola hidup masyarakat kota dalam membuang sampah.
  4. Sikap-sikap pemerintah dalam penanganan sampah.
  5. Akibat-akibat pada bencana lingkungan.

  • Menyusun kerangka karangan, struktur teks eksposisi. Topik-topik itu disusun secara sistematis dengan pola berikut. 

  • Mengembangkan kerangka yang telah disusun menjadi teks eksposisi. Dalam tahap ini kamu harus menjadikan topik-topik itu menjadi argumen-argumen jelas dan logis. Di samping itu, kaidah-kaidah kebahasaan perlu diperhatikan.
Kegiatan Penyuntingan
Langkah penyuntingan merupakan langkah pascapenulisan suatu teks. Langkah tersebut bertujuan untuk memperoleh tulisan yang lebih baik. 
Unsur-unsur yang perlu disunting dalam teks eksposisi berkenaan dengan aspek isi, struktur, dan kaidah bahasa.
  • Aspek isi terkait dengan daya tarik isu, kelugasan argumen, dan kelengkapan fakta. Mungkin pula berkenaan dengan keakuratan ataupun ketepatan penggunaan fakta di dalamnya. 
  • Aspek struktur penyajian terkait dengan kelengkapan dan ketepatan susunan antarbagian teks. Berkaitan dengan aspek ini, kamu pun perlu mencermati bagian-bagian teks: tesis, rangkaian argumen, dan penegasan ulang. Berkaitan dengan aspek ini juga rincikan topik-topiknya. Jangan sampai ada bagian atau kalimat yang menyimpang; tidak sesuai dengan isu utama. Kalimat semacam itu disebut juga kalimat sumbang. Mungkin pula susunannya tidak beraturan atau polanya tidak jelas sehingga maksud teks itu sulit dipahami pembaca.
  • Aspek kaidah kebahasaan, terkait dengan ketepatan penggunaan kata sesuai dengan karakteristik dari teks eksposisi. Penyuntingan aspek kebahasaan perlu diarahkan pada keefektifan kalimat-kalimatnya, penggunaan kata, dan penulisan ejaan. Dalam hal ini pemahaman kamu tentang tata bahasa dan EBI sangat penting.

Apa itu Cerita Pendek? Mari Mengidentifikasi Cerita Pendek

Cerpen merupakan salah satu bagian dari teks naratif (bersifat menceritakan). Cerpen dapat diartikan sebagai cerita pendek yang bersifat fiktif yang isinya menceritakan tokoh-tokoh beserta konflik yang dialami serta disajikan dalam bentuk yang padat dan ringkas.

Dalam dunia sastra, cerpen memiliki tujuan untuk menghibur pembaca. Cerita pendek bermula pada tradisi penceritaan lisan yang menghasilkan kisah-kisah terkenal seperti Iliad dan Odyssey karya Homer. Kisah-kisah tersebut disampaikan dalam bentuk puisi yang berirama. Adapun irama tersebut berfungsi sebagai alat untuk menolong orang untuk mengingat ceritanya. Bagian-bagian singkat dari kisah-kisah ini dipusatkan pada naratif-naratif individu yang dapat disampaikan pada satu kesempatan pendek. Keseluruhan kisahnya baru terlihat apabila keseluruhan bagian cerita tersebut telah disampaikan.

Cerita pendek cenderung tidak kompleks dibandingkan dengan novel. Cerpen biasanya memusatkan pada satu kejadian, satu plot, tokoh yang terbatas, dan mencakup jangka waktu yang singkat. Agar dapat lebih memahami apa itu cerpen, perhatikan ciri-ciri cerpen sebagai berikut ini.

  1. Terdiri atas 1600 sampai 10.000 kata yang dapat dibaca dalam waktu yang cukup singkat.
  2. Biasanya berfokus pada satu tema.
  3. Diksi yang digunakan mudah dipahami.
Itulah pengertian, tujuan dan ciri-ciri cerpen.